Madura … Oh, Madura
Sudah lama sebenarnya saya ingin pergi ke Madura dan mengeksplorasi pulau tersebut. Beberapa teman saya bahkan sudah ada yang pernah ke sana, sehingga membuat saya makin penasaran. Teman-teman saya waktu itu sih hanya melihat-lihat ladang pembuatan garam dan salah satu mercusuar di sana. Kemudian, rasa penasaran pun bertambah ketika melihat keindahan alam Madura dari foto-foto yang bersliweran di Instagram membuat rasa penasaran saya meningkat. At least, foto-foto dulu deh di Jembatan Suramadu hehe.

Melintasi Jembatan Suramadu pertama kali nih 😀
Akhirnya keinginan saya untuk menjejakkan kaki pertama kali ke Madura kesampaian juga di bulan November 2016. Sebuah trip bertajukan #MenduniakanMadura (bisa di-search keriuhan kami dengan pakai hashtag ini) diorganisir oleh perkumpulan blogger Madura, yang lebih dikenal dengan blogger Plat-M, mengajak para blogger untuk berkumpul, melihat-lihat, dan mempromosikan Madura. Kalau dilihat, cukup banyak peminatnya, dan ada sekitar 40 blogger yang terpilih untuk ikut serta dalam trip ini yang berasal dari berbagai daerah, ada yang dari Medan, Lampung, Pontianak, Jogja, Solo, Jakarta, dan tentunya Tangerang Selatan hehe. Ternyata hanya segelintir orang yang baru saya kenal, jadi lumayan juga menambah kenalan baru.

Seseruan bareng bloggers dari beberapa daerah untuk trip #MenduniakanMadura
Rute perjalanan #MenduniakanMadura
Pulau Madura yang merupakan bagian dari propinsi Jawa Timur, memiliki 4 kabupaten, yaitu Bangkalan, Pamekasan, Sampang, dan Sumenep. Ternyata, kalau dilihat dari itinerary yang dikirim oleh panitia, selama trip 4 hari 3 malam itu, kami melewati semua kabupaten tersebut, namun perjalanan kami hanya mengelilingi pulaunya saja, alias melewati jalur pesisirnya saja. Sepertinya kalau sampai mengeksplorasi bagian dalamnya, waktu 4 hari 3 malam ga akan cukup.
Melihat #JejakBPWS
Rute dari trip #MenduniakanMadura ini, sebenarnya juga ingin mempromosikan rekam jejak dari BPWS, yang merupakan kependekan dari Badan Pengembangan Wilayah Suramadu. Nah, sebenarnya nama Suramadu sendiri merupakan kependekan dari Surabaya – Madura. Jadi BPWS ini memiliki tugas agar terjadi keseimbangan antara Surabaya dan Pulau Madura, dengan kata lain, mempercepat peningkatan kesejahteraan penduduk di Pulau Madura, sehingga seimbang dengan Surabaya.

#MenduniakanMadura dan #JejakBPWS
Hal-hal yang sudah direncanakan misalnya pengembangan KKJSM alias Kawasan Kaki Jembatan Sisi Madura yang menjadi ‘pintu masuk’ dari jembatan Suramadu. Di sini kami diajak melihat pembangunan sebuah rest area di dekat mulut Jembatan Suramadu. Nanti di sini akan ditempati oleh para PKL yang sekarang menempati sisi jalan utama. Selain KKJSM, ada juga KKM atau Kawasan Khusus Madura, yang lebih berperan sebagai kawasan industri dan pergudangan. Oh iya, kami sempat lihat area di Kabupatan Bangkalan yang nantinya akan menjadi salah satu Pelabuhan Internasional Hub.

Blogger Apri lagi memantau area yang nantinya akan dijadikan rest area dekat dengan kaki Jembatan Suramadu (sisi Madura)
BPWS ternyata juga memiliki peran pada pengembangan infrastruktur di Pulau Madura, misalnya perbaikan jalan, penerangan jalan umum, penyediaan air minum. Infrastruktur yang dibangun oleh BPWS ga hanya pulau Madura saja, tapi juga pulau-pulau kecil di sekelilingnya, termasuk Giliyang, yang menjadi salah satu pemberhentian di trip #MenduniakanMadura. Ternyata BPWS membantu pembuatan paving yang menjadi jalan utama di pulau Giliyang, dan juga tentunya beberapa guest house, yang salah satunya kami tinggali.
Melihat Pesona Madura
Untuk mempromosikan sebuah tempat, tentunya salah satu hal yang mudah adalah dengan mempromosikan tempat wisata serta keindahan alamnya. Sama seperti ketika trip #MenduniakanMadura , di rute yang kami tempuh juga melewati spot-spot wisata, apalagi memang rute yang diambil itu mengelilingi Madura melalui jalur pesisir.

Blogger Mira Sahid lagi enjoy the moment di Pantai Nepa, Madura
Sebut saja salah satunya Pantai Nepa, yang terletak di kabupaten Sampang. Pantai ini cukup unik, karena di salah satu sisinya terdapat hutan yang bernama Hutan Kera Nepa. Dinamakan Hutan Kera, karena memang di dalamnya dihuni oleh banyak kera. Percaya ga percaya, di Hutan Kera Nepa ini terbagi menjadi dua daerah, utara dan selatan, dan yang dari utara ga boleh menuju ke selatan. Kalau terjadi bagaimana? Katanya ya ga bisa balik lagi. Waktu itu kami sempat berkeliling di dalam hutan, dan terdapat satu pohon yang menjadi petilasan dari Raden Segoro. Terkadang tempat ini juga dijadikan ritual buat orang-orang yang ingin punya hajat.

Satu dari sekian kera yang berkeliaran di Hutan Kera Nepa pada saat kami berkunjung

Petilasan Raden Segoro di dalam Hutan Kera Nepa
Selain ke pantai, kami juga diajak untuk melihat pesona Madura lainnya, dan masih di Kabupaten Sampang. Kali ini yang dilihat adalah Air Terjun Toroan. Biasanya kalau pergi melihat air terjun, saya harus trekking dulu beberapa lama hingga sampai ke air terjun itu, contohnya ketika berkunjung ke Air Terjun Perpas di Sumbawa, dan Air Terjun Tiu Kelep di Lombok. Nah, kalau Air Terjun Toroan ini karena airnya langsung mengalir jatuh ke laut, jadinya kami ga perlu trekking jauh-jauh. Tinggal turun tangga saja. Air Terjun Toroan memang cakep kalau dilihat, tapi hati-hati karena ga boleh berenang, karena di dekatnya ada palung laut.

Jalan menuju Air Terjun Toroan di Madura

Air terjun Toroan dari kejauhan

Sempat melihat juga nelayan yang lagi beraksi menangkap ikan 😮
Keindahan Madura selanjutnya yang kami nikmati adalah menikmati hidup di sebuah pulau yang memiliki kadar Oksigen tertinggi kedua — yang pertama terletak di Yordania. Namanya Giliyang. Pulau ini merupakan bagian dari kabupaten Sumenep, dan bisa kamu hampiri dengan perjalanan kapal selama kurang lebih 30 menit. Suasananya bisa dibilang masih lumayan sepi, dan biasanya listrik akan menyala setelah sore hari. Ini karena sebagian besar masih menggunakan tenaga matahari dan genset.

Transportasi selama di Giliyang — naik Viar
Walaupun sepi, tentunya pulau ini ga kalah cantiknya dengan Gili Trawangan. Kami hanya sempat bermain ke tiga tempat wisata waktu itu, mulai dari Pantai Ropet yang berbatu karang, Pantai Fosil Ikan Paus, dan sebuah Goa Mahakarya. Waktu di Pantai Ropet, mungkin kamu bisa saja melihat para nelayan yang berenang menuju pantai dari kapalnya yang ditambatkan di tengah laut, atau terkadang melihat anak-anak kecil sedang berdiri di tebing karang. Tenang saja, mereka di sana hanya ingin menangkap cumi! Alat pancing yang mereka gunakan juga sangat sederhana: benang pancing, kail, dan umpan. Butuh kesabaran memang untuk menangkap si cumi ini. Nah, kalau di goa mahakarya, kami sempat melihat stalagmit dan stalaktit. Jadi ingat waktu saya jalan-jalan ke Perth, sempat masuk ke salah satu goa di sana, dan dibuat cakep dengan lampu warna-warni. Semoga nanti Goa Mahakarya bisa cakep juga.

Ada fosil ikan paus di Giliyang

Menuju Pantai Ropet di yang berbatu karang di Giliyang

Beberapa nelayan berenang dari kapalnya menuju Pantai Ropet yang ditambatkan di tengah laut

Seorang anak lagi beraksi di tebing karang untuk menangkap cumi

Mengunjungi goa Mahakarya di Giliyang
Melihat hasil alam dan karya
Kalau saya berkunjung ke suatu daerah, saya biasanya cari tau apakah di daerah tersebut penghasil batik jugakah. Kalau ada rejeki, biasanya saya suka beberapa kain untuk saya dan kedua orang tua saya. Saya makin tambah sumringah ketika tau kalau di trip #MenduniakanMadura kami akan mengunjungi sebuah desa batik di kabupaten Pamekasan. Namanya Desa Batik Klampar. Di desa ini ternyata juga ada workshop-nya, sehingga kami bisa melihat bagaimana membuat motif kain batiknya dari ketika kainnya masih polos. Dan ketika ditunjukkan ke showroom-nya, wah mau pilih-pilih nanti kelamaan. Untung ada pemiliknya yang bernama Pak Ahmadi, yang bisa bantu-bantu pilih. Harganya bervariasi tergantung kualitas kainnya.

Mengunjungi Desa Batik Klampar

Pak Ahmadi (tengah) – sang pemilik, beserta istri dan anaknya. Eh kok anak sih 😀
Untuk hasil karya seperti batik ini, sebenarnya juga tersedia di toko oleh-oleh Tresna Art yang sempat kami hampiri dalam perjalanan pulang. Toko Tresna Art ini terletak di Bangkalan, dan mereka sepertinya memang sengaja untuk membuat toko mereka unik, apik, dan memunculkan unsur tradisional dari Madura, seperti misalnya terdapat replika rumah Madura di bagian belakang toko Tresna Art.

Welcome to Tresna Art
Lalu bagaimana dengan hasil alamnya. Sebenarnya pasti yang terbersit adalah garam. Sayangnya kami ga sempat untuk mengamati secara langsung. Kami hanya sekilas melihat area yang digunakan sebagai ‘ladang garam’ ketika dalam perjalanan. Sepertinya di musim hujan ini, kurang aktif aktivitasnya, padahal ingin banget lihatnya. Namun ada satu hasil alam lagi yang sempat kami lihat secara langsung, rumput laut. Di Madura juga ada penduduk yang berprofesi sebagai petani rumput laut, dan kami mengunjungi yang ada di daerah Saronggi, di kabupaten Sumenep. Di sini kami bisa melihat, bagaimana para petani menjemur rumput lautnya, mulai dari yang masih hijau, hingga berubah jadi putih kalau sudah mulai mengering. Sedangkan di tempat lain ada semacam gubuk, dan di dalamnya terdapat beberapa petani yang sedang bekerja untuk memilah-milah rumput laut hasil panenannya, serta ada yang mempersiapkan anakan rumput laut untuk ‘ditanam’ lagi di laut.

Menuju pantai untuk melihat petani rumput laut

Rumput laut sedang dijemur

Mencoba pudding hasil olahan rumput laut
Ketika kami tiba di daerah Saronggi dan dalam perjalanan menuju ke pantai, tempat para petani rumput laut berada, saya melihat kok dataran di daerah ini mirip seperti karang laut, ya? Jangan-jangan dulu di daerah sini sempat berada di bawah laut hehe, padahal area tempat kami stop untuk parkir bus lebih tinggi dari area pantai.

Seperti batu karang ya bentuknya, jangan – jangan … …
Pengalaman tinggal di pedesaan
Selama trip #MenduniakanMadura yang berlangsung 4 hari 3 malam itu, kami ga tidur di hotel berbintang lima. Kami selama 3 malam itu tinggal di rumah warga yang disewakan, kecuali pada malam kedua di Giliyang, kami tinggal di guest house 🙂

Guest house di Pantai Nepa
Selama tidur dan menginap di rumah warga, kamar yang tersedia memang ga cukup untuk menampung semuanya. Jadi blogger perempuan tidur di kamar, dan yang laki tidur di luar. Bahkan kami ada yang tidur di teras dengan beralaskan karpet atau tikar. Untuk saya, baru pertama kali nih tidur di luar seperti ini, eh tapi kok fine-fine aja. Tinggal pakai autan, pakai tas atau kaos untuk dijadikan alas, trus tidur pulas haha. Ajaibnya saya bisa bangun sendiri sekitar jam 4 atau 5 pagi haha — padahal biasanya bangun di atas jam 8.

Guest house di Giliyang
Wah kalau guest house-nya sedikit, berarti kamar mandinya antri dong, ya hehe. Terkadang antri, tapi seperti di Giliyang, terdapat beberapa tempat mandi umum yang bisa dipakai. Kemudian waktu di Desa Wisata Kwanyar, juga terdapat beberapa kamar mandi umum. Ada yang lucu ketika saya mau ambil air dari bak di kamar mandinya, kok saya melihat ada yang bergerak-gerak di dalam bak. Karena ga pake kaca mata dan pencahayannya kurang, jadi ga terlalu jelas. Pas saya coba mendekat, ealah ada ikan teryata hahaha. Ternyata kata Oom Halim, itu sudah menjadi hal yang biasa di pedesaan untuk menaruh ikan untuk berenang-renang di bak air hehe.
Kemudian untuk makanan bagaimana dong?
Apa yang biasanya menjadi makanan utama dari sebuah pulau? Ikaaann! Benar banget, salah satu lauk kami selama trip #MenduniakanMadura adalah ikan bakar yang ditambah topping sambal aneka rasa. Selain itu ada juga sayur daun kelor yang sepertinya baru saya rasakan saat ini. Dan yang unik satu lagi adalah siwalan. Pohon siwalan banyak tumbuh di Madura memang, dan buah siwalan ini bisa diolah menjadi gula merah. Walaupun warnanya berbeda, tapi rasanya sama kok dengan gula merah pada umumnya.

Ikan bakar yang menjadi salah satu lauk selama trip #MenduniakanMadura

Sayur daon kelor nih 🙂

Gula merah dari buah siwalan
Eh iya, waktu kami di Desa Kwanyar, kami sempat diajak untuk melihat cara membuat kerupuk secara sangrai. Cara membuatnya unik, karena ga pake minyak, ga pake wajan, tapi pakai kuali yang didalamnya sudah dimasukkan pasir laut yang kemudian dipanaskan pakai api di bawah kualinya. Bukan sulap, bukan sihir, kerupuk mentah ketika dimasukkan ke dalam pasir dan diaduk-aduk, bisa mengembang menjadi kerupuk yang siap dimakan. Jangan pikir mudah ya tinggal diaduk-aduk, karena ternyata waktu ada yang mencoba mengaduk, rasanya berat!

Kerupuk yang di sangrai menggunakan pasir air laut
See you next time, Madura!
Perjalanan 4 hari 3 malam sama sekali tidak cukup untuk melihat Madura secara keseluruhan. Itu saja kami hanya ‘mengitari’ bagian luar dari pulau Madura. Mudah-mudahan nanti ada trip #MenduniakanMadura2 – 3 – 4 – 5 dan seterusnya. Matur nuwun sanget ke Plat-M yang sudah organize semua ini, dan kepada BPWS yang juga sudah mendukung acara ini 🙂
Oh iya, ini ada beberapa koleksi foto lainnya dari trip #MenduniakanMadura ini:

Ada yang lagi absensi, ada yang lagi selfie 😀

Tempat Pelelangan Ikan di Pelabuhan Pasongsongan

Landasan Airport Trunojoyo

Tempat sarapan di Pantai Ropet

Sarapan di dekat Pantai Ropet

Pagi berkabut di sekitar Desa Kwanyar

Pemberhentian di Indomaret atau Alfamart yang berarti 😀

Ladang garam yang lagi kurang aktif di musim penghujan ini

Di replika rumah tradisional Madura

Masih dari Tresna Art 🙂
…
Kalau kamu suka blog post ‘Madura … Oh, Madura’, mohon di-share ke media sosialmu ya, siapa tau ada yang mau ikutan kegiatan #MenduniakanMadura berikutnya 🙂
FIND ME HERE
FACEBOOK | TWITTER | INSTAGRAM | GOOGLE+
email: mixedupalready@gmail.com
SNAPCHAT: timo_wp

Ini Mbak Indah Juli lagi ngapain ya di dalem Goa Mahakarya (Madura)
yah. padahal aku ngarep kamu mengulas lebih banyak ttg batik Om. minim referensi nih aku. hahaa.
tp btw, makasih ya potoku dipajang. Yeah
Hahaha, tungguin Mbak Indah aja, soalnya kemaren ngerekam obrolan ama Pak Ahmadinya ???
Wah lengkap banget nih mas,keren euy.. Ah senang bisa bertemu blogger seperti mas timo dtrip #MenduniakanMadura.. Sampai jumpa dtrip selanjutnya y mas.. heheehe
Iya nih, ikutan trip ini jd kenalan ama blogger2 keren, spt oom Fajrin jg ya 🙂
Foto2nya cakeppp…ternyata Madura bikin Timo bisa bangun pagi ? bukan karena gak bisa tidur kan?haha..masih buanyak obyek wisata yang bagus buat dieksplor loh..
Hahahaha …
Nah iya nih, msh byk yg blm euy :-/
Wah, potonya ada yang bocor waktu di Tresna Art. Eh sengaja kayaknya ya. Haha see you next time Timo. Sukses selalu ya.
Hahahaha, sengaja lah ituuu.
See you ya! 🙂
Madura emang menggoda. Ada banyak pulau dan pantai indah. Makanan juga beragam, hemmm. Sudah bisa berapa kosakata bahasa Madura, mas?
Hahaha waduh baru satu 😛
Mator sakalangkong 😀
Wah jadi pengalaman pertama ya tidur diluar gitu 🙂
Senang deh sudah mau ikut #MenduniakanMadura
Seneng juga bisa mngenal mas di acara ini. Semoga bisa berjumpa lagi 🙂
Hahaha iya!
Wah bener, semoga kita ketemuan lagi di lain kesempatan 😀
Masih pingin balik ke Giliyang nih. Penasaran dengan terumbu karang sehat di Pantai Ropet yang layak dicemplungi hahaha. Boleh nih next time piknik ke Madura lalu nyeberang ke Gili Labak buat leyeh-leyeh dan sunbathing di sana. 😀
Bener bgt … Sayang cuma semalem di sini, blm ke batu cangge juga euy :-/
Foto -fotonya cakep banget mas Timo, senang bisa kopdar bareng #MenduniakanMadura dan sampai berjumpa di kopdar selanjutnya ya hehehe
Yuhuuu … Makasih kak Didik. Iya nih, semoga bisa berjumpa di kopdar selanjutnya ya 🙂
Banyak foto-fotonya. Bagus!!
Btw salam kenal mas.
ditunngu di Madura, lagi.
Terima kasih! Salam kenal juga ya Mas 🙂
Fokus awal di foto-fotonya yang kece! Ah ini mah memang traveler sejati. Ya kan, kak?. Seneng akhirnya bisa kenal dan ketemu sama dirimu yang hits ini, kak Timo. Sampe ketemu lagi!
Wah, makasih Mbak Mol … Iya nih, semoga kita bs ketemuan lagi di lain kesempatan ya 🙂
yes yes yes blog wordpress!
Yes yes yes! Ada fotoku!
Yes yes yes! Akhirnya situ bayaran juga ntar ahhahaha.
Postingannya bagus ya tertata rapih. Duh postinganku kapan bisa kayak gini ya? HAHAHHAA
Ntar malam rencananya mau ngelanjutin curhatan aku tentang Menduniakan madura. Semoga bisa terbit!
Asiikkk .. jadinya ini post berbayar dari Ndop? Eh gimana maksudnya? 😀
Makasih kakaaak, ditunggu postingannya ya 🙂
Ealah ada aku ngemut es krim
Huahahaha!! 😀
Jadi belum pernah ngeliat ikan di dalam jeding? Hahahha. Jadi seneng ngenalin kehidupan orang Madura ke mas Timo..
Hahahaha, rasa-rasanya belum. Oh sebutannya ‘jeding’ ya? Makanya, makasih banget nih ama Mas Alam, dan kawan2 dr Plat-M lainnya 🙂
Dari dulu ingin ke Madura tapi takutnya cuma bengang-bengong karena tidak ada info. Apa benar Madura minim tempat wisata dan fasilitasnya? hotel, resto, kafe…
Tempat wisatanya ada banyak, kemaren aja 4D3N ga cukup haha. Yuk ke sana 🙂
Postingan sepanjang ini aja masih ada beberapa spot yang belum kita kunjungi, ya. Liar biasa Madura! Semoga bisa balik sana lagi 😀
Semoga! 🙂
Kok fotonya aku dari belakang ya..???
makasih sudah mau datang dan Mengexplore Madura
Hahahaha! Berati mesti ketemu lagi dan difoto dari depan #eh 😀
Ahh,, postingannya mas Timo emang jempolan b^^
Haha makasihhhhh ^^
kadung baca kadung campur tidak lengkap tanpa komen 😀
kami tunggu kedatangannya lagi bang Timo 😀
Hahaha!! … Makasih Mas 😉