Setelah setahun yang lalu berkunjung ke area Palabuhanratu termasuk ke Geopark Ciletuh, akhirnya bulan lalu saya balik lagi ke Palabuhanratu. Acara utamanya pun juga sama, yaitu Ciletuh-Palabuhanratu Geopark Festival, namun bedanya kali ini, acara festival geopark Ciletuh-Palabuhanratu, diadakan di kota Palabuhanratu, tepatnya di GOR Palabuhanratu. Walaupun tujuan utamanya ingin melihat festival ini, ga ada salahnya kalau kita jalan-jalan dulu melihat kota Palabuhanratu ini. Ada apa aja sih di sini?
(Baca juga: What can I do in Ciletuh?)

Ada apa aja di Palabuhanratu?
Melihat sunrise dan sunset
Sunrise di Puncak Habibi
Saya bersama beberapa blogger dan team media memang sengaja berangkat dari Bandung pada saat malam hari, agar tiba di daerah Palabuhanratu pada subuh menjelang matahari terbit. Kalau ga salah kami berangkat sekitar pukul 22-23:00 malam dari arah Bandung, dan memang akhirnya tiba di Pantai Karang Hawu sekitar pukul 5 pagi.
Sembari meluruskan kaki dan stretching, kami juga berdiskusi apakah kami akan menghabiskan pagi hingga menjelang sunrise di Pantai Karang Hawu, atau, beranjak ke Puncak Habibi? Eh, tapi kan Pantai Karang Hawu lebih ke pantai sunset, ya kan? Makanya kami semua setuju untuk masuk ke minibus lagi dan meluncur menuju Puncak Habibi.

Puncak Habibi ini memang terkenal dengan pesona matahari terbitnya yang ciamik. Dengan posisi di ketinggian entah berapa kilometer di atas permukaan laut, kami bisa melihat matahari muncul dari balik perbukitan di sebelah depan bagian kiri kami.
Lho memang ada apa di bagian kanan?
Jadi kalau bisa dibilang tuh, view yang kami dapatkan dari salah satu warung di Puncak Habibi adalah view perbukitan pada bagian kiri, diikuti view lembah menuju pantai pada bagian tengah, kemudian ada bukit lagi di bagian kanan.
Seperti ini:

Sunset di Pantai Karang Hawu
Seperti yang tadi sudah saya bilang di atas, kalau Pantai Karang Hawu sebenarnya adalah pantai sunset. Dan ternyata saya baru ngeh, kalau pada tahun lalu, setelah acara Ciletuh-Palabuhanratu Geopark Festival 2016, saya dan peserta lainnya mengakhiri trip tersebut dengan mengunjungi Pantai Karang Hawu sambil menikmati sunsetnya. Baru ngeh, soalnya belum ditulis di blog huehe *kabuur*

Saat kunjungan yang baru-baru saja, saya agak kurang ngeh, karena kami menghampiri sisi pantainya yang berpasir, sedangkan tahun lalu, kami mengunjungi sisi pantainya yang berbatu karang, yang terletak setelah (sebelah kanan) dari sisi pantai yang berpasir ini.

Anyway, guide pada trip kali ini, sempat memberitahu kalau ternyata di area pantai yang berbatu karang, terdapat petilasan Nyi Roro Kidul. Waktu tahun lalu saya sih memang sempat menjelajah ke sekitaran area batu karang hingga agak ke atas, ya, tapi saya kurang memerhatikan sih. Namun waktu dulu, pas di area tersebut, ada sih satu orang yang datang kemudian duduk bersila di salah satu sisi batu karangnya, dan memejamkan mata. Jeng jeng. Ya sudah, saya menikmati pemandangan alamnya saja, sambil mengamati alunan ombak yang terbilang cukup kencang itu.


Oh iya, ternyata kalau diamati dari atas, setelah area batu karang ini, bisa terlihat ada area pantai berpasir lagi lho!
Sunset di Pantai Loji
Palabuhanratu masih punya pantai lain lagi yang cukup terkenal, namanya Pantai Loji. Pada waktu itu, kami sampai di Pantai Loji masih belum terlalu sore, jadi cukup panas juga kalau memang berniat untuk berjemur di tepi pantai hehe.
Uniknya pantai ini tuh kebanyakan berbatu-batu bulat, ataupun kalau ga, berpasir hitam. Selain berbatu-batu bulat, masih ada lagi batu-batu yang cukup besar mendekati bibir pantai. Di sini nampaknya juga sebagai tempat penangkapan ikan deh, karena dari pinggir pantai bisa terlihat ada banyak semacam tambak atau rumah-rumahan untuk menangkap ikan.


Sayangnya saat kami di sana, garis cakrawala agak tertutup awan, sehingga kami ga bisa menikmati matahari terbenam hingga tenggelam melewati cakrawalanya.
Vihara Nam Hai Kwan Se Im Pu Sa
Vihara Nam Hai Kwan Se Im Pu Sa atau juga biasa disebut dengan Kuil Dewi Kwan Im ini memang memiliki lokasi yang oke. Walau sebenarnya ini merupakan tempat ibadah untuk umat Buddha, tapi juga merupakan salah satu destinasi di Palabuhanratu karena dibangun di lereng bukit yang menghadap ke Pantai Selatan dan terletak di seberang pantai Loji. Nah, makanya cocok banget kalau misalnya kamu masih kesiangan sampai di Pantai Loji, kamu bisa nyebrang dulu dan berkunjung ke vihara ini kemudian naik ke bagian paling atas dari Vihara Nam Hai untuk melihat pemandangan pantai Loji dari atas.

Vihara ini ternyata didirikan pada tanggal 8 Agustus 2000 oleh seorang wanita berasal dari Thailand, bernama Anothai Kamonwathin, atau juga mempunyai panggilan ‘Mama Airin’. Ada cerita kalau Mama Airin bermimpi bahwa dia harus membangun vihara di tepi pantai. Mama Airin udah mencari-cari ke berbagai daerah hingga mendapati tempat yang sekarang ini, yang mirip sekali dengan lokasi di dalam mimpinya.
Kalau berminat untuk naik ke area yang paling atas, harus siap untuk menaiki 500 anak tangga nih. Tapi sih sepertinya itu ga bakal kerasa, karena kalau udah ada tekad untuk naik sampai ke atas untuk melihat view dari atas, pasti ga kerasa lah. Cuma memang panasnya semakin sore semakin setrong ya, jadi bawa topi dan air minum biar ga kehausan.


Coba deh perhatiin, sepanjang naik ke atas, di sepanjang atas dinding tangganya ditambahkan ornamen badan naga yang bertanduk-tanduk. Bahkan di awal kami masuk, sudah terlihat kepala negara yang mengeluarkan tujuh kepala naga lagi.

Eh iya, kalau kamu explore lebih banyak lagi, kamu bakal menemukan altar yang berbeda dari vihara pada umumnya. Karena di sini juga ada altar untuk Nyi Roro Kidul!
Goa Lalay
Saat melihat itinerary, dan saya membaca Goa Lalay, saya langsung pikir kalau ini adalah Goa Lalay di Sawarna. Tapi ternyata berbeda. Di Palabuhanratu pun juga mempunyai Goa Lalay, dan areanya pun juga berbeda dengan yang di Sawarna.
Saya masih ingat kalau di Sawarna mesti berjalan yang lumayan melewati sawah dan sungai, sedangkan kalau Goa Lalay di Palabuhanratu lokasinya ga jauh dari tempat parkir kendaraan. Bahkan di sini ga perlu masuk ke dalam dengan berjalan di dalam air untuk menikmati stalaktit dan stalakmit yang terletak di dalam goa.

Goa Lalay di Palabuhanratu tuh bukaan mulutnya cukup besar. Dan saya kemudian jadi teringat pula dengan Goa Lawah yang saya kunjungi saat road trip di Bali. Kata ‘lalay’ dan ‘lawah’ pun memiliki makna yang sama, yaitu ‘kelelawar.’ Kalau yang di Goa Lawah di Pulau Bali, saya bisa melihat kelelawarnya dengan jelas bergerombol dengan jelas di atap dekat dengan mulut goa. Kalau di Goa Lalay, sepertinya para kelelawar bersembunyi lebih ke dalam, jadi saya ga bisa kelihatan kelelawarnya. Menurut salah seorang penjaga di sana, kelelawar yang menghuni goa ini berukuran kecil dan makanannya juga berbeda, bukan buah-buahan, melainkan serangga kecil.

Namun, walaupun ga kelihatan kelelawarnya, ada satu hal yang pasti ketika berjalan mendekat ke Goa Lalay. Baunya! Bau dari kotoran kelelawar yang cukup tajam semakin tercium ketika saya mendekati mulut Goa Lalay. Oh iya, di sini kotoran kelelawarnya juga dijadikan untuk pupuk guano kok.
Katanya sih kalau mau ke sini lebih enak sore hari, di atas jam 6 sore, karena saat itu kelelawar dari dalam goa akan berhamburan keluar goa. Benar juga sih, karena dulu waktu saya lagi island hopping di Flores, saya sempat berhenti dekat dengan Pulau Kalong (kalong = kelelawar) saat sore hari. Dan view-nya waktu itu cakep sekali, menikmati senja sembari melihat kelelawar berhamburan keluar dari Pulau Kalong.
Geyser Cisolok
Menikmati pemandian air panas, merupakan salah satu wisata yang sehat dan tentunya menyenangkan.
Tahun lalu saat trip menuju Palabuhanratu, rombongan kami tiba di sini sudah menjelang sore hari, sehingga tempat Geyser Cisolok udah cukup ramai dengan pengunjung. Kali ini diputuskan agar kami mengunjungi Geyser Cisolok pada pagi hari, biar ga terlalu ramai.

Geyser Cisolok merupakan satu-satunya geyser di Indonesia. Di sini kita bisa melihat semburan air panas ke atas melalui beberapa titik di aliran sungai.

Oh, ngomong-ngomong mengenai pemandian air panas di sini, dibagi menjadi dua bagian. Kalau kamu menikmati suasana yang lebih alami, tentunya kamu bisa memilih untuk berendam di sungai ini, namun kalau kamu ingin suasana yang lebih private, kamu bisa aja memilih untuk berendam di kolam air panas, yang terletak di sebelah kiri. Di area kolam air panas, tuh ada juga yang namanya terapi air panas. Jadi kita disemprot air panas dengan kekuatan tertentu. Waktu itu saya ga sempat mencoba sih, tapi ada yang bilang memang setelah diterapi badannya terasa lebih enak dan segeran. Duh, berarti lain kali kalau ke sini, mesti dicoba deh ini hehe.

Desa Wisata Sinar Resmi
Setelah semalam sebelumnya, kami menghabiskan malam di perjalanan, pada malam kedua, akhirnya kami mendapatkan kesempatan untuk menginap di salah satu desa wisata yang terdapat di kota Sukabumi. Ada beberapa desa wisata di Sukabumi, salah satunya adalah Kasepuhan Sinar Resmi di bawah pimpinan Abah Asep Nugraha.

Karena mata pencaharian dari masyarakat di sini adalah petani, makanya masih bisa terlihat banyak area persawahan di sekitar desa. Setiap tahun juga suka diadakan upacara adat yang bernama Seren Taun. Pada upacara ini, masyarakat akan menyerahkan hasil panennya kepada ketua adat (Abah), yang kemudian akan dimasukkan ke lumbung padi, atau namanya leuit. Dari total 3 desa adat yang ada di Sukabumi, mereka memiliki sekitar 22.000 leuit lho!

Tentunya sebagai orang kota yang tiap hari lihatnya jalanan, gedung tinggi, kereta, mobil, sepeda motor, tinggal di sini itu benar-benar menyenangkan. Apalagi saat bangun pagi, dan langit masih cerah, enak banget jalan-jalan di desa ini, karena udaranya masih asri. Rasanya memang ga cukup tinggal hanya semalam di sini hehe.

Ciletuh-Palabuhanratu Geopark Festival
Udah beberapa tahun ini di daerah Ciletuh-Palabuhanratu diadakan festival, apalagi menuju penilaian dari UNESCO terhadap Geopark Ciletuh. Salah satu komponen dari Geopark yang dinilai adalah kebudayaan, karena kebudayaan merupakan salah satu ciri dari daerah tersebut. Tentunya selain kebudayaan, ada hal lain yang diperhatikan oleh UNESCO, yakni biodiversity dan geodiversity dari sebuah geopark.


Di festival ini tentunya yang ingin ditonjolkan adalah keragaman budaya dan tradisi yang dimiliki oleh daerah ini. Berbeda dari tahun lalu, waktu itu kami menghadiri salah satu acara yang lebih menonjolkan pada unsur magisnya dan di malam har. Kalau tahun ini kami menghadiri acara pada siang hari, dan lebih diisi oleh kegiatan budaya, seperti tari-tarian atau pertunjukan tradisi lainnya, yang disumbangkan oleh kecamatan-kecamatan yang terdapat di Sukabumi.

Bagusnya dari festival ini adalah melibatkan anak-anak, remaja, dan pemuda dari daerah tersebut. Jadi sejak dini udah ditanamkan budaya dan tradisi lokal. Yang dipersiapkan tentunya ga hanya tariannya saja, tapi juga kostum dan ornamen-ornamen lainnya.

Tentunya di acara penting seperti ini juga dihadiri oleh Wakil Gubernur Jawa Barat, Pak Deddy Mizwar.
Ada beberapa agenda penting yang sudah direncanakan untuk memajukan kota Sukabumi, termasuk beragam peningkatan akses jalan di daerah Ciletuh – sekarang kalau dari Pantai Loji udah bisa langsung menuju ke Puncak Darma. Selain itu ada tol Bogor – Ciawi – Sukabumi (Bocimi) yang mudah-mudahan akan tuntas di tahun 2019. Apalagi ada rencana akan dibangun airport di kota Sukabumi pada tahun 2019 dan kalau berjalan dengan lancar, akan selesai di tahun 2020. Tentunya dengan semakin banyaknya alternatif cara menuju Sukabumi, akan memudahkan wisatawan untuk berdatangan ke daerah sini, ya. Diharapkan juga bisa meningkatkan perekonomian di wilayah Sukabumi 🙂



Tambahan: Kamar Hotel Nyi Roro Kidul

Ada tambahan satu sih hehe. Kalau kamu ke Palabuhanratu, coba deh mampir ke Inna Samudra Beach Hotel.
Hayoo, kenapa?
Karena di Hotel Inna Samudra Beach ada salah satu kamar yang didedikasikan untuk Nyi Roro Kidul. Tepatnya di kamar 308.
Oh iya, mungkin karena ada banyak peminatnya, makanya per 7 April 2016 ada tarif bagi yang ingin berkunjung ke kamar tersebut, terutama untuk Kamis malam jam 23:00 – 02:00, tarifnya Rp. 1.000.000,- / jam lho. Eh, tapi kalau kita hanya berkunjung di luar Kamis malam, boleh-boleh juga kok. Untuk tarifnya bisa langsung kontak Hotel Inna aja, ya ?
Sayang, ternyata kami ga boleh foto-foto waktu masuk ke dalam kamar. Selayaknya kamar hotel, di dalamnya juga ada tempat tidur. Namun, di kamar ini sudah ditambah lukisan dari Nyi Roro Kidul juga.
Ah pelabuhan ratu, jadi inget pas masih kuliah.
Bolos kuliah, jalan kesana sendiri terus tidur di masjid disana. Besoknya balik jakarta, kesana numpang liat pante doang..Hahaha..
Thanks om for the article, kayaknya uda maju bener sekarang disana. Belum sempat ke pelabuhan ratu lagi.
Wahahaha, dulu niat banget ke sana sendirian, kok ga ke Ancol aja Oom :p
Ini nih mudah2aan ke depannya makin oke akses ke sananya, biar bs sering weekend escape ke sana deh hehe.
Baca ini aku seakan diingatkan, sudah lama tak berkunjung ke Sukabumi….
Senang sekali lihat Sukabumi ini pariwisatanya semakin maju. Semoga didukung juga sama infrastruktur jalanannya. Soalnya yang bikin sebel ke Pelabuhan Ratu itu jalanan dari Jakarta jelek banget sampai wilayah Cibadak, sampai macet cuma gara-gara jalanan berlubang, belum ditambah itu jalur truck pabrik-pabrik.
Kuberdoa, jalan tol segera jadi. aamiin
Iya nih, nanti sptnya akan ada beberapa alternatif akses menuju Sukabumi. Semoga semua rencananya lancar deh ini 🙂
ternyata banyak juga ya spot wisata di Palabuhanratu.
sebagai penikmat momen matahari terbit, aku tertarik pengen menikmati sun rise di Puncak Habibi. eh btw kenapa namanya Puncak Habibi ya?!
Iya cakep lah di sanaaaa sunrisenya yaa 😀
Aku belum pernah ke Pelabuhan Ratu, ternyata tempatnya cantik. Padahal kakau dihitung-hitung dsri rumahku nggak jauh-jauh banget.
Kenapa tarif kamar hotel yang penuh mistis itu mahal banget bayarnya ? Apakah terasa mistisnya atau ada sesuatu di sana?
Iya di situ mahal, karena banyak peminatnya kak, bagi yang percaya ya.
Btw, kl ga jauh2 banget, berarti mesti sering2 dikunjungi nih Palabuhanratu 🙂
Saya penasaran dg lanjutan cerita di petilasan Nyi Roro Kidul. Apa yg terjadi dg orang yang dulu duduk semedi sambil tutup matanya itu?
Hmm ga tau sih, ga nanya2 juga huehehe. Mungkin aja dia lagi menikmati angin semilir di atas bukit 🙂
Wah Viharanya seperti yang ada di Mui Ne Vietnam, di dekat tepi laut gitu. Aku suka foto-fotonya, bikin kepengen ke sana.
Iyaaa, suka krn di tepi laut, jd bs ada view nya oke gitu 🙂
Belum pernah ke Pelabuhan Ratu.
Padahal mah…deket kali yaa…kalau dari Bandung.
Dan ini bagian yang aku suka…sensasi mistis.
Hahhah…sok berani yee…
Engga,
aku tuuh suka antara percaya gak percaya. Nyi Roro Kidul itu sebenarnya siapo see…?
Karena belum pernah melihat langsung orang-orang yang pernah celaka atau beruntung setelah melakukan ritual. Hanya melalui cerita.
Tau sendiri deeh…kalo cerita dari mulut ke mulut gitu…suka banyak bumbunya.
Jadi yang biasa…tampak lebih mistis.
Cuman serruu…seruuu…Indonesia mah kaya!
Iyaa, itu percaya ga percaya ya kakkk 🙂
Nah, makanya coba aja ke hotel itu kakkk – kan sekalian berkunjung ke tempat wisata lainnya huehe.
Ya Allah… aku belum pernah ke Sukabumi, or even Pelabuhanratu. Ternyata masih banyak yang belum kujamah nih dari segi pariwisatanya. Jadi ingin kalau ada waktu ke sana kelak.
Hayukkkkk dikunjungi dong kakkk 😀
Eh itu puncak habibi ada hubungannya dengan Pak Habibi mantan presiden kita ya?
Ada hubungannya ga ya? huehehe …
Pelabuhan ratu bagus tuh buat dijadikan destinasi wisata apalagi dihari weekend kaya gini nih sunsetnya bagus banget
Iya sunsetnya oke kokkkk, tp sunset tergantung cuaca sih kak, mendung ga huehe.
Pelabuhan ratu udah banyak berubah ya, terakhir kesana pas ikut jalan jalan RT. Wkwkwkwkw.
Jadi kangen ke pantai di sana, dulu bangga banget waktu kecil pas kesana :’)
Jalan2 RT nya taun brp kak? #eh
Wew, yang kamar 308 itu aku pernah tau. Sempat ditayangin di acara apa gituuu. Silet kalo gak salah
Ya merinding disko gimana gitu kalo tau ceritanya juga
Btw, kenapa dinamain puncak habibi ya? Apakah ada kaitannya dengan Pak Habibie yang romantis banget
Walah, pernah masuk Silet toh, kok saya blm pernah liat huehehe.
Duh kok merinding waktu baca kamar 308
Seperti ada sesuatu
Pantasan mahal banget ya sewanya perjam PD hari tertentu
Jd penasaran dgn isi kamarnya
Iya kak, itu utk yg percaya yaa 🙂
Banyak sekali yang harus dikunjungi di sini. 1 hari takkan cukup, nih. Dan semua menarik tuk dikunjungi. Beberapa sudah pernah saya baca. Terima kasih sharingnya
Btw, saya agak serem lihat pantainya. puluhan tahun tinggal di dekat pantai yang sangat kecil ombaknya, tapi tetep deg-degan. bagaimana jika sebesar itu.
Iya ombaknya besar2 nih di sini hehehe. Wah sempat tinggal di mana kak yg dkt pantai? 🙂
Banyak yaaa destinasinyaaaaa. Cantik-cantik ih suka. Apalagi sunsetnya. Belum pernah menginjakkan kaki ke salah satunya sama sekali. Aku mainnya masih kurang banyak dan kurang jauh nih heu 🙁
Btw, aku suka foto-fotonya. Komposisinya bagus! 🙂
Hayukk lah kak ke siniii 🙂
Wah, itu lukisan Nyi Roro Kidulnya Basoeki Abdullah, ya, Mas. Eh, tapi konon lukisan Nyi Roro Kidul yang ada di situ itu bukan yang asli, lho. Memang penuh misteri.
Membaca cerita dan melihat gambar-gambar yang disajikan kujadi ingin balik ke masa-masa kecil di kampung yang udaranya segar, orang-orangnya tenang, dan dunia seolah sangat damai. Hehehehe. Duh, jadi mau traveling!
Woohh bukan yang asli ya, ga tau sih, ga sempet tanya waktu itu huehe.
Penasaran kok namanya Habibi ya.. apa hubungannya dengan mantan presiden kita. Hehe..
Foto2nya cantik semua. Bikin pengin kesana.
Ada hubungannya ga yaaa? huehehe …
Aku belum pernah ke sini… Suka deh foto2nya cantik.
Kak Timo, kapan ke sana lagi, hayuklah ikutan. Spot fotonya kece kece yaaa
Iya nih, msh ada pantai2 di sana yg blm dikunjungi euy. Yuk ke sana lagi 😀
Mau ke sana wurung2 terus. Terus terang saat masih tinggal di Sby kukira itu pelabuhannya mistis2 gmn gtu, tapi setelah tinggal di jkt dan banyak dengar cerita ttg pelabuhan Ratu aku jd tahu, bahwa itu salah satu lokasi wisata yg patut dikunjungi. Suami pernah ke area sana, tapi katanya jalannya msh agak2 gmn gtu ya, blm bagus. Tapi kok di fotomu mulus ya hahaha.
Btw OOT knp dinamai Puncak Habibi ya?
Iya, kemaren pas ke sana jalanannya udah oke kok 🙂
Eh itu jadi timo ke dalam kamar 308 itu ya? Gmana auranya or apa nya gitu ? Oya apakah sama dengan yang suka di film2 itu dalam kamarnya?
Titip salam sama staf yang jaga itu ya. Lam kenal 😀 😀
Iya sempet masuk ke dalam kamarnya. Eh aku ga tau film yang sempat shooting di kamar itu wkwkwk.